top of page

Meningkatkan Imunitas Psikologi di Masa Penyebaran Virus Corona

Sudah berlangsung hampir 3 bulan, penyebaran virus corona terjadi di seluruh dunia. Virus ini sangat mudah sekali menyebar dan menjangkit orang-orang terutama yang berada pada kondisi daya tahan tubuh yang lemah.


Wabah virus corona yang awalnya terjadi di China tersebut sudah memberikan dampak perlambatan ekonomi pada negara tersebut. Produktivitas kerja jelas menurun terutama pada provinsi-provinsi tertentu. Di Indonesia sendiri, memang belum ditemukan kasus ini di Indonesia, namun masyarakat Indonesia perlu waspada. Sebagian besar masyarakat terutama di kota besar telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kemungkinan masuknya virus ini ke Indonesia.


Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi virus ini adalah dengan mengelola dan meningkatkan imunitas psikologi. Imunitas psikologi atau daya tahan psikologi memainkan peran penting dalam menjaga imunitas tubuh. Seperti banyak diketahui, virus lebih mudah menyerang individu yang memiliki tingkat imunitas yang rendah. Menjaga imunitas psikologi dengan pengelolaan stress sangat diperlukan di masa sebelum hingga setelah terjadinya penyebaran virus.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa berada pada situasi yang memicu stress dapat mengurangi tingkat daya tahan (imun) seluler. Ahli dari Ohio State University menunjukkan stress psikologis dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan mengganggu komunikasi antara sistem saraf, hormon, dan sistem kekebalan tubuh. System tersebut berbicara satu sama lain menggunakan bahasanya sendiri dan terus bekerja sama atau berkoordinasi agar mencapai hasil yang optimal.


Oleh karena itu, sebagai suatu organisasi, penting untuk dapat menciptakan suatu iklim kerja yang memiliki tingkat stress yang dapat dikelola dengan baik oleh karyawan. Memberikan dukungan kepada karyawan disaat menghadapi situasi yang berat perlu dilakukan oleh manajemen dari organisasi.


Mengelola ‘Dysfunctions Team

Sebagian besar dari kita pernah atau mungkin saat ini tengah bekerja dalam tim. Pengalaman yang diperoleh kadang menyenangkan kadang pula kurang menyenangkan. Pengalaman yang kurang baik tersebut biasanya terjadi karena, tim mendemonstrasikan perilaku-perilaku yang menghalangi kelompok bekerja lebih efektif.

Berdasarkan buku yang ditulis oleh Patrick Lencioni, 2002 terdapat beberapa hal atau perilaku dari tim yang dapat menyebabkan suatu tim tidak efektif.





Absence of Trust

Semua berawal dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan satu sama lain, suatu tim tidak memiliki pondasi yang kuat. Jika anggota tim belum merasa nyaman untuk berbagi mengenai kekurangannya kepada satu sama lain, hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan belum terbangun dalam tim tersebut


Fear of Conflict

Konflik lebih sering dipandang sebagai sesuatu yang perlu dihindari. Tim yang cenderung memendam pendapatnya dan menghindari debat serta takut untuk mengungkapkan opini mereka antar satu sama lain merupakan tim yang memiliki ketakutan dalam menghadapi konflik. Padahal dengan pendekatan yang tepat dan dihadapi secara objektif, konflik bisa memberikan dampak positif pada tim dan meningkatkan produktivitas


Lack of Commitment

Dalam beberapa situasi, sebuah tim ataupun pemimpin perlu mengambil keputusan, dan terkadang keputusan tersebut merupakan keputusan komunal maupun keputusan individu. Jika keputusan yang dibuat merupakan keputusan individu, yang didapat tanpa adanya diskusi, sulit untuk memastikan anggota tim lainnya berkomitmen untuk menjalani keputusan tersebut.


Avoidance of Accountability

Kurangnya komitmen yang dijelaskan sebelumnya dapat berdampak kepada tanggung jawab yang dihindari oleh anggota tim tersebut. Meskipun masing masing anggota tim bertanggung jawab terhadap masing masing tugasnya, namun pemimpin juga harus memastikan bahwa anggota tim menjalankan tugas mereka dan tidak menghindari tanggung jawabnya, karena tentunya hal ini akan berdampak pada target dan hasil kerja tim.


Inattention to Results

Saat anggota tim memiliki tugas masing masing, hal yang juga cukup sering terjadi adalah mereka akan fokus pada tugasnya masing masing tanpa memikirkan tugas orang lain. Padahal apa yang masing masing anggota tim kerjakan adalah untuk mencapai satu tujuan yang merupakan team goals. Team goals dan pencapaian kerja masing masing anggota harus dikomunikasikan secara transparan untuk memberikan gambaran terhadap progress pencapaian team goals.


Seorang pemimpin dalam tim harus memastikan bahwa kelima hal di atas tidak terjadi dalam tim, dengan cara memberikan contoh yang baik kepada tim untuk tidak mendemonstrasikan kelima hal tersebut. Seorang pemimpin harus terbuka kepada timnya mengenai kekurangannya, mendorong adanya konflik yang sehat, memastikan tim berkomitmen kepada team goals, memberikan standar kerja yang jelas, dan mengkomunikasikan hasil kerja atau pencapaian kepada tim.

243 views0 comments
bottom of page